Makalah Pengembangan Bahan Ajar "Prosedur Pengembangan Bahan Ajar"

MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


Dosen Pengampu :
Titik Rohmatin. S.Pd., M.Pd.




Disusun Oleh :
Dewi Mauli Aisyah                                                  (1686206010)
Rani Dewi Hardianti                                                (1686206032)
Yani Muflikhah                                                       (1686206042)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2018




BAB 1
PENDAHULUAN
"Prosedur Pengembangan Bahan Ajar"

A.    LATAR BELAKANG
Menurut Sudrajat (2008) bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam satu ketentuan waktu untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Menurut Husni (2010) bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun yang akan mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan.
Pengertian Bahan Ajar Kata “bahan ajar” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “Segala sesuatu yang dapat dipakai atau dijadikan pedoman atau pegangan untuk mengajar”. Pedoman atau pegangan untuk mengajar ini adalah acuan kompetensi belajar untuk melaksanakan proses pembelajaran/perkuliahan siswa/mahasiswa sehingga tujuan pembelajaran/perkuliahan tersebut akan tercapai maksimal sesuai kurikulum dan silabus yang berlaku.
Bahan ajar ini sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan. Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar. Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik juga diperlukan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar?
2.      Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar?
3.      Bagaimana keuntungan prosedur pengembangan bahan ajar?

C.    TUJUAN MAKALAH
1.      Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar.
2.      Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar.
3.      Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari mengembangkan bahan ajar.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Husni (2010) Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam menyampaikan keilmuannya.
Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk membuat sesuatu yang lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya.
Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta kelengkapan komponen bahan ajar.

1.    Kecermatan Isi
Menurut Husni (2010) kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara keilmuan, dan keselarasan isi. Kebenaran isinya berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
2.    Ketepatan Cakupan
Menurut Husni (2010) kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.
Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Dalam bidang ilmu tersebut yang paling utama adalah tujuan pembelajaran. Setiap penatar pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya. Dari tujuan tersebut, dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada petatar. Kemudian bahan ajar dikembangkan sesuai dengan materi pokok dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.
3.    Ketercernaan Bahan Ajar
Menurut Husni (2010) bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah. Menurut Husni (2010) ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut.
a.    Pemaparan yang Logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Dengan demikian, peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya yang sudah dimilikinya. Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Dengan demikian, informasi yang diterima oleh peserta akan saling terkait, bahkan dapat dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya.
b.    Penyajian Materi yang Runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan 3 strategi yaitu, 1) penyajian uraian, contoh dan latihan, 2) contoh, latihan, penyajian uraian, 3) penyajian uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC).
Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.
c.    Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. (Rinaldy, dalam Husni:2010).
Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk non cetak seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita seperti model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta. Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dapat diperoleh melalui sumber-sumber mutakhir seperti majalah, Koran, ataupun dari situs-situs di internet.
d.   Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video.
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar yang sama. Misalnya, gambar “tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan” yang harus dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan digunakan untuk arti yang lain,
e.    Format yang Tertib dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.
f.     Penjelasan tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas.
Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
4.    Penggunaan Bahasa
Menurut Husni (2010) dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar non cetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Dalam bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan, pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-benar terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-olah berinteraksi dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam bahan ajar.
5.    Perwajahan/Pengemasan
Menurut Husni (2010) Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a.    Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta lelah membacanya.
b.    Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar.

Menurut Husni (2010) perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok). Dalam kasus bahan ajar cetak, alat bantu belajar terdiri dari tiga kategori, yaitu alat bantu belajar pada bagian pendahuluan, alat bantu belajar pada uraian informasi per topik, dan alat bantu belajar pada bagian akhir bahan ajar cetak, sebagai berikut:
Pendahuluan:
v     Judul
v     Daftar isi
v     Peta konsep, diagram, pemandu awal
v     Tujuan pembelajaran
v     Tes awal
Uraian:
v     Ringkasan awal
v     Pengacuan pada bagian bahan ajar lain
v     Judul bagian
v     Perintah/instruksi
v     Signposts (tanda verbal atau visual di bagian samping teks)
v     Rangkuman
Akhir:
v     Senarai (daftar kata sukar)
v     Tes akhir
v     Indeks

Tidak semua alat bantu belajar tersebut harus ada dalam satu bahan ajar, artinya dapat memilih alat bantu belajar yang paling tepat dan paling dibutuhkan untuk melengkapi bahan ajar.
6.    Ilustrasi
Menurut Krisma (2014) penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan, membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan.
Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembang bahan ajar, jika mempunyai keterampilan menggambar yang baik. Namun, ilustrasi juga dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan gambar-gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi diperoleh dari sumber atau buku lain, berkewajiban memberi penjelasan tentang hal itu dalam bahan ajar yang tulis.
Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.
7.    Kelengkapan Komponen
Menurut Krisma (2014) idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas, kegiatan), serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket, atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku lain), panduan belajar/peserta, serta panduan guru.

B.     Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas dalam Krisma (2014) merinci prosedur/ langkah-langkah pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD  jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin).
Ketiga, mengembangkan bahan ajar  yang sesuai atau relevan  dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi. Dan yang keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.
Menurut Krisma (2014) pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas sebagai berikut:
1.    Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2.    Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
3.    Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Menurut Krisma (2014) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat.
Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal Menurut Husni (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:

1.      Analisis
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka implikasi terhadap rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.
2.      Perancangan
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:
a.       Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree.
b.      Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata tataran termasuk encyclopedia, majalah, dan buku yang ada di perpustakaan.
c.       Pemilihan Media dan Sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalam proses belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
d.      Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.
3.      Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan ajar yaitu:
a.       Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau panduan praktik
b.      Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
c.       Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
d.      Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar kepada peserta
e.       Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
f.       Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan dalam membuat bahan ajar
g.      Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
4.      Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti, dibaca dengan baik dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki  bahan ajar sehingga menjadi bahan ajar yang baik.
Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu
a.    Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan cakupan)
b.    Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran)
c.    Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran)
d.   Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.   

C.    Keuntungan Mengembangkan Bahan Ajar
Menurut Denita (2014) keuntungan bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar antara lain sebagai berikut:
1.    Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
2.    Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
3.    Memperkaya, karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
4.    Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
5.    Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
6.    Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Keuntungan bagi peserta didik antara lain sebagai berikut:
1.    Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2.    Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
3.    Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan secara sistematis. Dalam pengembangannya, perlu memperhatikan faktor-faktor yang berlaku dan prosedur/ langkah-langkah pengembangannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: Kecermatan Isi, Ketepatan Cakupan, Ketercernaan Bahan Ajar, Penggunaan Bahasa, Perwajahan/Pengemasan, Ilustrasi, dan Kelengkapan Komponen. Sedangkan prosedurnya terdiri dari empat langkah utama, yaitu: Analisis, Perancangan, Pengembangan, Evaluasi dan Revisi.
Semua acuan tersebut dibutuhkan demi mendapat keuntungan/manfaat dari pengembangan bahan ajar sebagai pendukung yang penting untuk mengajar guru dan belajar siswa.

B.     SARAN
Guru dalam mengembangkan bahan ajar, sebaiknya jangan melewatkan prosedur yang berlaku. Karena meskipun materi sudah tersedia dan sesuai. Tetapi jika tidak mengikuti prosedur maka bahan ajar yang akan dikembangkan jadi kurang efisien. Faktor-faktor yang sekiranya kurang dipandang dalam pengembangan bahan ajar juga sebaiknya dipelajari, karena hal-hal kecil terkadang dapat berpengaruh besar pada pengembangan bahan ajar apabila dilewatkan/ tidak diperhatikan dengan seksama.


DAFTAR PUSTAKA

Husni, Amiruddin. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pengembangan-bahan-ajar/ di akses pada 20 Mei 2018.
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
Krisma, Richa. 2014. Pengembangan Bahan Ajar. http://pengembanganbahanjar.blogspot.co.id/2014/07/pemilihan-bahan-ajar.html di akses pada 08 April 2018.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Konsep Pengembangan Bahan Ajar. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/ di akses pada 22 April 2018.



Komentar

Postingan Populer